Universitas Harus Memerhatikan Murid Melalui Kelas Online

Saat lockdown karena wabah corona diawali, kampus harus di liburkan.

Tapi suatu hal yang mengagumkan berlangsung: universitas-universitas di penjuru dunia online hampir tadi malam, memperlihatkan kemauan yang mengagumkan untuk selalu memberi kuliah, seminar, serta panduan pada beberapa siswanya.

Tapi dapatkah perubahan cepat ke edukasi serta evaluasi online ini betul-betul berperan dalam periode panjang?

Beberapa permasalahan sudah ada. Edukasi online memerlukan lebih dari pada sebatas dasar-dasarnya. Dosen memerlukan akses ke computer yang memberikan dukungan piranti lunak edukasi serta koneksi internet yang handal. Disamping itu, buat siswa, serta piranti keras serta lunak fundamen jauh dari terjaga di beberapa rumah, sebab keluarga share perlengkapan serta penyuplai internet berusaha dengan kenaikan jalan raya.

Ada pula permasalahan susunanal dengan privacy serta keamanan internet. Edukasi online mempunyai potensi menunjukkan siswa pada undang-undang perlindungan data yang tidak bisa dihandalkan di beberapa negara.

Baik kebebasan bicara atau privacy bisa ditanggung untuk inspirasi serta data pribadi siswa. Ini bukanlah permasalahan kecil buat kampus, mengingat mereka ditujukan menjadi situs dialog serta diskusi akademik gratis. Kampus online hampir tidak dapat gratis saat internet tersebut tidak bebas.

Permasalahan Kelas Online

Permasalahannya diperparah saat kampus memercayakan perusahaan besar seperti Microsoft untuk basis online seperti Team. Kampus mempunyai sedikit kendali atas bagaimana basis online digerakkan serta dihargai. Dalam garis tadi malam untuk edukasi online, mereka sudah memperlihatkan sedikit kehati-hatian dalam memberi andil untuk membuahkan keuntungan korporasi serta sepakat data pada server kampus sendiri tidak mengatur.

Pikirkan siswa sepakat untuk menyerahkan inspirasi serta info mereka untuk disimpan di tempat yang tidak diketahui serta dengan sedikit kontrol atas bagaimana mereka dipakai di beberapa tahun akan datang. Diakui atau mungkin tidak, kampus bisa berperan untuk pemantauan kapitalisme.

Piranti keras serta piranti lunak untuk edukasi online bukan permasalahan yang tidak bisa ditangani, tapi mereka memang membutuhkan beberapa refleksi dalam serta pembicaraan terbuka.

Haruskah kampus berinvestasi dalam piranti lunak open-source bikinan sendiri? Dapatkah mereka sediakan basis yang benar-benar gampang yang tidak mencelakakan keamanan siswa? Sayangnya, pembicaraan ini sudah dikesampingkan, serta disetop, sebab tergesa-gesa untuk online. Tapi bila edukasi online akan bersambung melebihi epidemi ini, pembicaraan ini harus dilaksanakan.

Ada pula pertanyaan penting yang perlu dijawab mengenai langkah paling baik untuk mengajar online. Kita perlu menanyakan nilai yang diibaratkan cuma akan “hidup” di camera. Kuliah yang direkam cuma mengikuti lingkungan belajar pasif ruangan kelas, serta seminar serta panduan online tidak berhasil untuk memperoleh hubungan siswa yang berarti.

Untuk alternatifnya, silahkan kita pikirkan kembali lagi edukasi online. Untuk ini, kita kemungkinan harus melepas diri dari ide jam contact dalam kuliah, seminar, serta panduan. Bukannya, harus ada keterkaitan periode panjang dari siswa lewat komunitas dialog atau weblog yang sangat mungkin pembicaraan berkepanjangan serta freewheeling.

Jalan Alternatif

Pada pelatihan hak asasi manusia saya sendiri, kami meluluskan siswa untuk meningkatkan alasan pada gilirannya, seperti novelis berantai, semasa beberapa waktu. Panduan bertindak selaku moderator serta menyikapi siswa di luar jam pelajaran, secara memberikan mereka kendali semakin besar pada agenda serta prioritas mereka sendiri.

Semakin beberapa waktu tidak langsung berperan pada semakin beberapa waktu monitor. Ini memberikan siswa semakin banyak kebebasan untuk merenung serta memberi respon dengan pertimbangan yang semakin dalam serta alasan yang semakin hebat dibanding yang kemungkinan berlangsung di ruangan kelas.

Serta, nilai paling besar evaluasi online dapat dalam membuat komune. Semakin penting lagi, ini bisa menganekaragamkan komune mahasiswa dengan mencapai peserta didik yang tidak bisa jadi sisi dari lingkungan kampus perumahan, baik lokal atau internasional. Ini termasuk juga siswa dewasa yang kembali pada kampus untuk pelajari ketrampilan baru, beberapa orang cacat, atau mereka yang mempunyai background yang kurang mujur.

Pendidikan tinggi terbuka serta gratis bisa menjadi penting saat kita membuat kembali lagi epidemi pascoronavirus warga kita.

Menumbuhkan pemikiran yang sehat serta ingin ketahui kemungkinan bukan andil kecil dalam kritis kesehatan warga. Silahkan kita mengharap pengalihan ke online memberikan kampus perasaan baru mengenai arah publik.